Selasa, 03 Maret 2015

ALFIYAN ADE SAFUTRA : ANTARA GURU OTORITER DAN GURU DEMOKRATIS

alfiyanadesafutra.blogspot.com

CATATAN KANG GURU : ANTARA GURU OTORITER DAN GURU DEMOKRATIS:         D alam menjalankan tugasnya guru mempunyai style atau gaya yang berbeda-beda.Gaya seorang guru dipengaruhi oleh karakter guru yang ...

ANTARA GURU OTORITER DAN GURU DEMOKRATIS


        Dalam menjalankan tugasnya guru mempunyai style
atau gaya yang berbeda-beda.Gaya seorang guru dipengaruhi oleh karakter
guru yang terbentuk dari pengalamn hidup yang ia alami. Tidak jarang
guru dalam mengajar terpengaruh oleh gaya mengajar guru saat yang
bersangkutan duduk di bangku sekolah. Bahkan tak jarang dari ungkapan,
hardikan atau gaya berpakainpun sering terpengaruh oleh  guru
idolanya. Hal ini tidak menjadi masalah jika guru yang ditiru adalah
guru dengan karakter mengajar positif namun jika guru yan dijadikan
model peniruan adalah guru dengan karakter negatif tentunya sangat
merugikan peserta didik.
                 Marjohan
dalam bukunya yang berjudul “ School Healing” , membagi karakter atau
tipe mengajar guru menjadi emapat tipe. Adapun keempat tipe tersebut
adalah, otoriter,pseudo-demokrasi, laizzes-faire dan demokratis.
Meskipun demikian pembagian tipe guru ini tidak mutlak. Tentunya ada
guru dengan tipe  kombinasi kempat tipe tersebut.




Guru
yang menerapkan tipe mengajar otoriter cenderung memperlihatkan
kekuasaan yang mutlak atas peserta didik. Guru tipe ini menganggap bahwa
ruang kelas adalah wilayah kekuasaannya yang tidak dapat diusik oleh
siapapun  khususnya oleh
siswa.Bagi siswa diajar oelh guru tipe ini bak berada mimpi buruk , jam
pelajaran terasa berjalan lambat. Memang dengan gaya otoriter kelas
kelihatan “tenang, teratur dan tertib”. Namun dibalik ketenangan dan
ketertiban yang ada, tersimpan kegelisahan peserta didik yang tidak
sabar untuk berakhirnya pelajaran. Guru dengan tipe otoriter akan
menajaga imej, memasang muka mengesankan berwibawa dengan “kikir”
terhadap senyuman dan pelit kata-kata yang menyejukkan. Suasana kelas
terasa angker dan menegangkan, hardikan dan amarah menjadi selingan yang
tak terlupakan.  Guru dengan
tipe mengajar otoriter berpotensi menciptakan peserta didik yang penakut
dan pembisu. Selayaknya orang dengan karakter otoriter tampaknya tidak
sepantasnya berprofesi sebagai guru. Dengan gayanya yang otoriter
tentunya akan dapat membunuh potensi-otensi positif siswa yang
seharusnya diberi ruang untu berkembang. Apalagi jika sang guru mengajar
di tingkat pendidikan dasar kususnya SD. Guru yang demikian akan
menggoreskan pengalaman traumatik bagi peserta didik, yang selanjutnya
berpotensi membuat peserta didik akan terkredilkan perkembangan
mentalnya.
Karakter
lain dari seorang guru adalah guru yang menerapkan pseudo-demokrasi.
Guru dengan karakter ini berusaha mengesankan sebagai guru demokratis.
Guru tipe ini seolah-olah mengakomodir saran-saran dan penddapat siswa,
namun  kenyataannya saran atau pendapat siswa
Hanya
sebagai pemanis belaka sebab pada akhirnya pendapat sang gurulah yang
akan digunakan. Guru tipe ini cenderung memonopoli kekuasaan. Awalnya
sikap guru mengesankan peserta didik namun selanjutnya peserta didik
menjadi kurang simpatik setelah mengetahui karakter sang guru
sesungguhnya.
                Guru dengan karakter lizzes –faire
( masa bodoh ) cenderung menurunkan kualitas sekolah. Dengan prinsip
mengajar bentuk menggugurkan kewajiban, guru tipe ini cenderung tdak
peduli terhadap lingkungan sekolah. Bagi guru dengan tipe ini adalah
setelah selesai mengajar maka selesai sudah tugas ia sebagai guru, untuk
selanjutnya ia akan segera pulang ke rumah.Guru tipe ini menganggap
sekolah bak terminal persinggahan semata. Dengan sikap masa bodohnya
sering kurang peduli akan tugas-tugasnya sebagai pendidik yang tidak
hanya mengajar semata.
                Tipe
guru yang selanjutnya adalah tipe guru yang demokratis. Tipe guru
semacam ini memiliki hati nurani yang tajam. Ia berusah mengajar dengan
hati. Dengan wawasan yang ia miliki, berusaha memberi ketenangan hati  dan
tanpa lelah memotivasi peserta didik. Guru tipe ini memberi ruang
kepada peserta didik untuk memaksimalkan berkembangnya potensi positif
pada dirinya.Figur guru semacam ini akan selalu dikenang oleh peserta
didik sepanjang hayatnya.
                Sebagai orang tua kedua di sekolah, guru  tentunya
mempunyai andil yang tidak sedikit terhadap perkembangan kepribadian
peserta didik. Untuk itu sudah selayaknya guru selalu melakukan
instropeksi guna  meningkatkan
komptensi dan karakter positif. Dan tidak ada salahnya untuk terbuka
terhadap kritik baik dari sesama guru atau bahkan dari peserta didik.
Tentunya untuk menjadi guru dengan karakter  positif
bukanlah sesuatu yang mudah, perlu membuka diri untuk selalu
meningkatkan potensi . Usaha terus menerus dengan selalu meningkatkan
komptensi baik melalui berbagi bacaan, pelatihan ,ataupun sharing dengan
teman sejawat tentunya sangat dibutuhkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar